Selasa, 21 April 2015

KEMISKINAN DI INDONESIA

KEMISKINAN DI INDONESIA



BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah/negara indonesia adalah kemiskinan, dewasa ini pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tersebut, padahal setiap mereka yang memimpin Negara Indonesia selalu membawa kemiskinan sebagai misi utama mereka disamping misi-misi yang lain.
Dalam upaya penanggulangan kemiskinan ada dua strategi utama yang harus ditempuh oleh pemerintah. Pertama, melindungi keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Kedua, memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
Faktor mendasar yang menyebabkan kemiskinan diantaranya: SDM, SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas dari sosok pemimpin, sehingga dimensi tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik menulis karya ilmiah dengan judul “Kemiskinan Di Indonesia”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

       Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut
1.   Apa pengertian dari kemiskinan?
2.  Apa saja faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia?
3.  Bagaimana gambaran umum tentang kemiskinan di Indonesia?

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN
1.  Diharapkan mahasiswa mengerti akan keadaan kemiskinan di Indonesia
2. Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan dan dapat menggunakan pengetahuan yang didapat untuk kepentingan bersama dalam masyarakat.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KEMISKINAN

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.








 Ciri-ciri manusia yg berada di bawah kemiskinan

Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, Dll.
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD.
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.

2.2.  KEADAAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Kemiskinan menjadi momok dalam masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan, tetapi angka kemiskinan tidak turun secara signifikan. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2015 diprediksi mencapai 30,25 juta orang atau sekitar 12,25 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Kenaikan jumlah penduduk miskin ini disebabkan beberapa faktor, termasuk kenaikan harga BBM, inflasi, dan pelemahan dolar. Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini mengatakan, berdasarkan kajian, kolaborasi ketiga faktor tersebut bisa menambah angka kemiskinan sebesar satu persen.

Jika berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin pada tahun 2014, presentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 11,25 persen atau 28,28 juta jiwa, maka pada 2015 ada tambahan penduduk miskin sekitar 1,9 juta jiwa.

Ketimpangan antara penduduk miskin dan penduduk kaya juga semakin terlihat jelas. Koefisien Gini pada akhir tahun 2014 diperkirakan mencapai 0,42. Dari sisi pendapatan, masyarakat Indonesia terbagi atas tiga kelas. Kelas atas sebesar 20 persen, kelas menengah sebesar 40 persen, dan kelas paling bawah mencapai 40. 



2.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEMISKINAN

1.      Pengangguran
Semakin banyak pengangguran, semakin banyak pula orang-orang miskin yang ada di sekitar. Karena pengangguran atau orang yang menganggur tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal kebutuhan setiap manusia itu semakin hari semakin bertambah. Selain itu pengangguran juga menimbulkan dampak yang merugikan bagi masyarakat, yaitu pengangguran dapat menjadikan orang biasa menjadi pencuri, perampok, dan pengemis yang akan meresahkan masyarakat sekitar.

2.      Tingkat pendidikan yang rendah
Tidak adanya keterampilan, ilmu pengetahuan, dan wawasan yang lebih,  masyarakat tidak akan mampu memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Karena dengan pendidikan masyarakat bisa mengerti dan memahami bagaimana cara untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia.
Dengan belajar, orang yang semula tidak bisa menjadi bisa, salah menjadi benar, dsb. Maka dengan tingkat pendidikan yang rendah masyarakat akan dekat dengan kemiskinan.

3.      Bencana Alam
Banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan tsunami menyebabkan gagalnya panen para petani, sehingga tidak ada bahan makanan untuk dikonsumsi dan dijual kepada penadah atau koperasi. Kesulitan bahan makanan dan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak dapat terpenuhi.

4. Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.




5.   Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6.   Terbatasnya Lapangan Kerja
Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan.


2.4.  CARA MENGATASI KEMISKINAN

1.      Pemerintah harus menyediakan lebih banyak lagi lapangan pekerjaan, agar dapat membantu masyarakat dalam memecahkan masalah kehidupan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya.
2.      Jangan menjadi pemalas! Selain pemerintah, masyarakat juga harus ikut andil dalam mensejahterakan kehidupan. Apabila masih belum ada lowongan pekerjaan, masyarakat bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, lebih bagus jika lapangan pekerjaan buatan sendiri itu bisa menampung orang lain untuk menjadi karyawan kita.
3.      Bantuan pendidikan dan kursus gratis dari pemerintah kepada masyarakat kurang mampu agar dapat melanjutkan sekolahnya tanpa bingung soal biaya. Kursus menjahit, memasak untuk ibu-ibu atau bapak-bapak, serta menyediakan fasilitasnya, seperti mesin jahit dan peralatan memasak agar setelah selesai kursus, para bapak dan ibu tersebut bisa langsung mempraktikkan keahliannya di lingkungan dimana mereka tinggal.









BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN

 Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. Kemiskinan harus menjadi sebuah tujuan utama dari penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh negara Indonesia, karna aspek dasar yang dapat dijadikan acuan keberhassilan pembangunan ekonomi adalah teratasinya masalah kemiskinan. Pemerintah indonesia harus terus memberdayakan dan membina masyarakat miskin untuk dapat mengelola sumber-sumber Ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kemiskinan, diantaranya, SDM yang rendah, SDA yang tidak dikelolah dengan baik dan benar, pendidikan yang rendah, tidak memiliki pengetahuan untuk mengembangkan sektor-sektor perekonomian baik itu dibidang pertanian maupun dibidang perindustrian, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan kemiskinan sebagaimana yang penulis jelaskan diatas.















Minggu, 05 April 2015

PENDIDIKAN PANCASILA
PENGERTIAN , KEDUDUKAN,SIFAT DAN FUNGSI UUD1945


OLEH :
I MADE SURYANTA                                                                                                            (9819)
I NYM HENDRA ARYADI                                                                                        (9821)
I PT PANDU PADMA TANAYA                                                                             (9822)


PEMBAHASAN
PENGERTIAN UUD 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis,dan juga konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.
Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tinggalah janji, setelah Jepang berhasil memukul mundur tentara Belanda, malah mereka sendiri yang menindas kembali bangsa Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
KEDUDUKAN UUD 1945

UUD 1945 adalah:
Hukum dasar yang tertulis (di samping itu masih ada hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu Konvensi)
1. Sebagai (norma) hukum :
a. UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga Negara/Masyarakat, setiap WNRI dan penduduk di RI.
b. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara harus dilaksanakan dan ditaati.
2. Sebagai hukum dasar:
a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP, Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.
b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

SIFAT UUD 1945

1.      UUD 1945 bersifat supel (elastis),
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus berkembang dan dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan zaman.

2.      Rigid
Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-undangan yang lain, serta hanya dapat diubah dengan cara khusus dan istimewa.

FUNGSI UUD 1945

Di atas telah dibahas tentang apa yang dimaksud dengan UUD 1945. Dari pengertian tersebut dapatlah dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas.
Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi.
Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945. Selain itu UUD 1945 juga memiliki fungsi sebagai pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam UUD 1945 juga terkandung :
1.      Materi pengaturan sistem pemerintahan, termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas, wewenang dan hubungan antara lembaga-lembaga negara
2.      Hubungan negara dengan warga negara baik dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun hankam.


Minggu, 07 Desember 2014

BIODATA DIRI


Nama : I Nym Hendra Aryadi

Ttl: Bangkiang Jaran , 1 maret 1996
Alamat : Tabanan 
NIM : 1.14.2.9821
Diupload untuk kepentingan tugas mata kuliah TI Undiknas University

Kamis, 18 September 2014

Manfaat TIK Dalam Kehidupan Sehari-hari



Manfaat TIK Dalam Kehidupan Sehari-hari

https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTqFelWesgX_fAF-5XggSr40cMxXA8wBDMq4ME2rRE_FFZg9nXl1Q

ANGGOTA KELOMPOK :
q   I MD SURYANTA                              (9819)
q   GD WAHYU IDRAWAN                   (9820)
q   I NYM HENDRA ARYADI               (9821)
q   I PT PANDU PADMA T.                   (9822)
q   PT DEVA DHARMA P                      (9823)

MATERI

TIK dengan kemampuan untuk mendistribusikan  informasi secara cepat, dari satu tempat ke tempat yang lain yang berjauhan, tentu saja memberikan manfaat yang sangat berarti dalam kehidupan manusia. Berikut ini dijelaskan manfaat penerapan TIK.

Globalisasi
Dengan hadirnya TIK, orang-orang yang tersebar di dunia bisa saling bertukar informasi atau berinteraksi dengan cepat dan effisien, tidak tergantung pada lokasi mereka ataupun perbedaan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Seorang siswa yang tinggal di daerah yang terpencil bisa mengambil informasi atau memperoleh pengetahuan yang sebenarnya terletak ribuan atau ratusan ribu kilometer darinya. Sebagai contoh, seorang yang ingin beli buku yang ada di luar negri cukup mendatangi warung internet, jika tidak punya akses di rumah atau di kantor, dan melakukan pemesanan karena penjual membuka toko buku online.

Kemudahan Berkomunkasi
Dengan buatan TIK, setiap orang dapat berkomunikasi dengan cepat, murah dan efisien. Orang bisa menggunakan komunikasi tidak langsung seperti surat elektronis, komunikasi langsung melalui chatting, ataupun bertatap muka secara elektronis melalui videokonferensi.
Dukungan Pembelajaran
banyak program komputer yang ditujukan untuk mempermudah orang dalam mempelajari ilmu pengetahuan maupun bahasa asing. dengan dukungan multimedia, ilmu-ilmu yang sering dianggap sulit dapat disajikan dalam bentuk atau cara yang membuat orang senang mempelajarinya. Sesuatu materi juga dapat dipelajari dengan komputer tanpa harus menginstal program karena program ditauh pada penyedia dan kita cukup mengunjungi situs webnya.

Penghematan Biaya
Pebisnis dapat menggunakan TIK untuk menjalankan bisnis dengan harapan dapat melakukan penghematan biaya sehingga bisa menjual produk dengan lebih mudah dan meningkatkan kompetisi dengan pesaing. Berbagai perusahaan bisa saling bekerja sama untuk bertukar informasi secara otomatis sehingga tidak perlu melibatkan orang lain secara khusus. Mesin otomatis dapat bekerja menggantikan peran manusia sehingga produksei menjadi lebih mudah dan kualitas seragam bisa diperoleh.
Penghilangan Kendala Waktu
Dengan dukungan TIK, perusahaan dapat melayani pelanggan selama 24 jam sehari. Perusahan dapat mengoperasikan bisnis tanpa kendala waktu. Nasabah bank bisa mengambil uang kapan saja dengan cukup mendatangi mesin ATM. Bank pun tidak perlu menggaji tellet untuk bekerja 24 jam nonstop. Mobile banking memungkinkan nasabah bank melakukan transaksi atau melihat saldo dari mana saja, Sekalipun mungkin ia sedang berada di hutan atau negara lain yang tidak menyediakan ATM bank bersangkutan

Peningkatan Layanan
TIK dapat digunakan untuk meningkatkan layanan dan kepuasan pelanggan. ATM, mobile banking, toko online merupakan salah satu bentuk peningkatan layanan kepada pelanggan. Perbaikan layanan tersebut diharapkan mampu menjaga loyalitas pelanggan. Banyak pemerintah kita atau kabupaten yang menyelenggarakan e-gov dalam rangka memberikan kemudahan dalam melayani masyarakat atau pebisnis.

Peningkatan Produktivitas Kerja
TIK juga dapat digukana untuk meningkatkan produktivitas kerja sehingga pekerja dapat memberikan sumbangan berarti yang lebih banyak kepada institusi tempat mereka bekerja. Hal – hal yang menjemukan seperti melakukan perhitungan kredit dapat dialihkan ke komputer dan pekerja dapat memanfaatkan waktunya untuk berfikir ke hal0hal yang lebih produktif atau meningkatkan kreativitasnya sehingga lebih memberi manfaat bagi perusahaan.
Pencitpaan Lapangan kerja Baru
TIK telah membuka banyak lapangan kerja baru sehingga penjaga warnung internet, tenaga pemasar, pemrogram dan ragam tenanga khsusu yang dibutuhkan keterampilan. Pada saat ini banyak istilah spesialis yang terkait dengan dunia TIK, seperti analis sistem, desainer sistem, webmaster, dan system engineer.

Penggantian Pekerjaan yang Beresiko
TIK dapat pula dimanfaatkan untuk menangani aktivitas yang membahayakan jiwa manusia, misalnya pada pengecoran logam atau pada penanganan limbah. Contoh lain yang menarik telah dilakukan oleh badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Pada 4 December 1996, NASA mengirimkan pesawat tanpa awak ke planet mars. Misinya adalah melakukan analisa terhadap atmosfer, cuaca dan kondisi tanah di planet tersebut. Pesawat ini membawa robot berbentuk kendaraan yang diberinama Sojourner atau bebatuan Sojourner Rover dan dapat melakukan penelitian terhadap bebatuan di Planet Mars. RObot ini dapat mengirimkan gambar-gambar yang diamati ke bumi.

 

Rabu, 17 September 2014

Wonderful Bali






Bali is an island and province of Indonesia. The province includes the island of Bali and a few smaller neighbouring islands, notably Nusa Penida. It is located at the westernmost end of the Lesser Sunda Islands, between Java to the west and Lombok to the east. Its capital of Denpasar is located at the southern part of the island.
With a population of 3,890,757 in the 2010 census, and currently 4,225,000 as at January 2014 the island is home to most of Indonesia's Hindu minority. According to the 2010 Census, 84.5% of Bali's population adhered to Balinese Hinduism, 12% to Islam, and most of the remainder followed Christianity.
Bali is the largest tourist destination in the country and is renowned for its highly developed arts, including traditional and modern dance, sculpture, painting, leather, metalworking, and music. Since the late 20th century, the province has had a rise in tourism.
Bali is part of the Coral Triangle, the area with the highest biodiversity of marine species. In this area alone over 500 reef building coral species can be found. For comparison, this is about 7 times as many as in the entire Caribbean. There is a wide range of dive sites with high quality reefs, all with their own specific attractions. Many sites can have strong currents and swell, so diving without a knowledgeable guide is inadvisable. Most recently, Bali was the host of the 2011 ASEAN Summit, 2013 APEC and Miss World 2013
                                               Places Of Interest In Bali

Tourist attractions in Bali are worth the visit, there will definitely be in your mind if you are planning to vacation in the island of gods. Surely you would seek from many sources, both from the internet, magazines, brochures or references from friends and family, about the tourism object in Bali that suits your desires and expectations. Of course, armed with all refreansi you get, of course you will know what you will be looking for a holiday in Bali.

Paradise island has a reputation, becoming one of the interesting attractions in the region. Paradise island capable of attracting domestic tourists, and foreign countries, amounting to one million within a year. Quite a lot right? Surely this will help a lot in increasing the country's foreign exchange earnings. Berkembanya tourism island of the gods create more and more investments in the tourism industry, such as the hospitality industry, handicraft industry and many others. All the tourism industry, offering comfort, services or products to the tourists. In addition to the hospitality industry, adventure tourism industry is now better known by the name of Bali adventure, is growing rapidly. So much interest from domestic or foreign travelers who want to try the Bali water sport besides visiting tourist attractions in Bali that interesting. Because of this, many investors invest their capital, to create a means of adventure tourism that attracted many tourists.

The amount of visits to the island of the gods, caused by many things. One of them is a tourist attraction in Bali. For an interesting place traveled on the island of the gods. Then you will need a means transfortasi, either by car or by bike. We provide cheap car rental Bali and Bali limousine for your holiday on the island of gods. In addition, we also provide a rental vehicle with a driver, if you want comfort in your holiday, without having to think about the breakdown of the road and look for a parking spot. In addition, our drivers are very familiar with the objects of tourism in the island of gods. So by renting a car with a driver, you will not get lost and not wasting your time on the road.


tanks for reading .. 
my acount : ig: hendra_aryadi
                    twet: @hendra_aryadi

Sabtu, 13 September 2014

PENGERTIAN SUSILA DALAM AGAMA HINDU



                                                  Susila Dalam Agama Hindu


     Susila dalam Agama Hindu merupakan kerangka dasar yg kedua . susiala adalah istilah lain dari etika dan moral . etika dan moral merupakan dua kata yang di pergunakan silih berganti untuk maksud yg sama . berdasarkan uraian di atas  dapat kita pahami bahwa etika merupakan ajaran prilaku atau perbuatan yang bersifat  sitematis tentang prilaku (karma). Apa yang di anggap sebagai perbuatan baik (subha karma / daiwi sampad ) dan perbuatan yang tidak baik ( asubha karma/Asuri sampad).pengertian susila dapat  di jelaskan sebagai berikut :

         A.  Susila atau etika adalah upaya mencari kebenran . sebagai filsafat ia mencari informasi yang       sedalam-dalamnya secara sitematis tentang kebenran yang bersifat absolut maupun relative .
              B.  Susila atau etika adalah upaya untuk megadakan penyelidikan atau megkaji kebaikan manusia , sebagai bagaimana seharunya hidupdan bertindak di dunia ini agar hidup menjadi bermakana.
              C.  Susila atau etika merupakan upaya (karma) manusia mempergunakan keterampilan fisiknya (angga/raga)dan cerdas rohani  (suksma sarira) manusia terdiri atas pikiran (manas), kecerdasan (buddhi) .dan kesadaran murni (atman) yang dapat berfungsi sebagai saranauntuk memecahkan berbagai masalah tentang bagaimana manusia hidup  dan berbbuat baik (saputra). Kitap sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut : "manusah sarvabhutesu varttate vaiu saubhasuhe,asubhasue  samasvitam subhesveva vakyaret. Ri sakiwang srwa bhuta,ikingjanma wwang juga wenang gumayana kening subha –subhakarma  iking janma, kuneng  akena ring subhakarna juga ikang asubha karma phalaning dadi wwang"
(sarasamuscaya, 2)



 Artinya :
Dari sedemikian banyaknya semua mahkluk yang hidup , yang di lahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat perbuatan yang baik –buruk itu adapun untuk peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik juga manfaatnya menjadi manusia .
Demikianlah manfaat hidup menjadi manusia sebagai di sebutkan dalam kitab suci Weda. manusia hendaknya selalu mengupayakan prilaku yang baik dengan sesamanya memperlakukan orang dengan baik sesungguhnaya adalah sama dengan memperlakukan diri sendiri dengan baik juga (tatwam asi)  prilaku seperti itu patut di upayakan harus di lestarikan dalam setiap tindakan kita sebagai manusia setiap induvidu hendaknya berfikir dan bersifat professional menurut guna dan karma . inilah cermin dari sosok orang yg telah mengamalkan ajaran catur warna .
2.2.Hubungan Susila Dan Sad Atatayi
Pada adasarnya setiap kelahiran manusia kea lam ini adalah baik . hal ini terbukti dengan di berikan nya berbagai macam  predikat kepada manusia . sebagai manusia sebagai mahkluk inidividu, manusia sebagai mahkluk berfikir . sebagai manusia mahkluk relegius , dan manusia sebagai mahkluk sosial  , serta masih bnyk lagi sebutan yang lainya .
Sebagai akibat dari kemampuan pikirnya , manusia dapat meninggkatkan hidup  dari kehidupan nya yang kurang baik menjadi lebih baik . meskipun demikian , bukan berarti manusia akan terleppas dari perbuatan –perbuatan  yang tidak baik .dalam hindup dan kehidupan ini manusia di hadapkan pada factor kemungkinan  untuk memilih yang kurang baik agar manusia tak terjerumus dan hanyut derita akibat dari tak terkendali kama (keinginan) untuk merugikan orang lain , maka ia harus belajar dan di ajarkan  kebijaksanaan ,tuntunan berfikir , ketetapan hati  dan sikap sikap baik (Dharma) .dengan demikian manusia akan terhindar untuk melakukan sad atatayi yang memang harus di hindari .
  1. A.    Pengertian sad atatayi
Sad berarti enam dan atatyi bererti pembunuhan jadi sad atatayi adalah berarti enam macam pembunuhan yang amat kejam/keji yang patut di hindari dan tidak boloeh
dilakukan terhadapp siapa pun. Keenam pembunuhan yang di maksud , yaitu pembunuhan secara sadis  . perbuatan semacam ini termasuk Himsa Karma . karena itu tergolong dosa memang betul-betul di larang oleh sastra agama .
  1. B.     Bagian – bagian sad atatayi
  2. Agenda artinya membakar
  3. Wisada artinya meracun
  4. Attharwa artinya ilmu hitam
  5. Sastraghana artinya mengamuk
  6. Drathi artinya memperkosa
  7. Raja pisuna artinya memfitnah
  1. C.    Uraian Dari Sad Atatayi
  2. Aginda, yaitu membakar milik orang lain /memusnahkan milik orang lain dan juga dapat di artikan mengadu domba oranglain shingga timbul perselisihan  yang mengakibatkan orang menjadi menderita , ini perilaku atau perbuatan yang terlarang .
  3. Wisada , yaitu meracuni /menyakiti orang lain . perbuatan meracun baik niskala maupun sekala . perbuatan ini merupakan perbuatan dosa . hal ini mengingkari hakikat hidup  dan kehidupan  dan kehidupan di dalam bermasyarakat  di dunia fana ini  bagi orang yg melakukan /melaksanakan perbuatan seperti ini  sudah di sediakan tempat , yaitu neraka oleh Sang Hyang Widhi Wasa .
  4. Atharawa, yaitu melakukan/menjalankan ilmu hitam  (black magic ) atau guna –guna . perbuatan ini merupakan perbuatan dosa  serta di jauhi orang yang suka yang terlarang .menjalankan ilmu hitam atau guna-guna hanya bersifat senang semantara  semasa hidup ini dapat membuat orang lain menjadi mendertia  dan sesungghunya pula dirinya akan mendertita pula seperti yang di deritakan orang lain .
  5. Sastraghana , yaitu mengamuk atau merampok sehingga menimbulkan kerugian  bagi orang lain . mengamuk yg di maksudkan adalah bias-bilangkan nyawa orang lain dan merampok menimbulkan penderitaan karena kerugian yang di deritanya . perbuatan semacam ini amat bertentangan  dengan sastra agama , untuk mencapai ketenangan  maupun kedamaian , maka perbuatan sastraghana amat di larang  dan berdosa besar serta terkutuk .

  1. Drathi  Karma, yaitu memperkosa  kehormatan wanita . perbuatan  drathi karma sangt bertentangan  dengan konsep ajaran agama hindu . di ajaran agama hindu memiliki konsep tat twam asi. Karena itu ,perbuatan  drathi karma mengingkari kemerdekaan orang lain.
  2. Raja pisuna , yaitu memfitnah atau menghasut  dan mengadu domb a seseorang dengan orang lain. Perbuatan memfitnah sangt lah keji  karena membuat orang lain mederita. mungkin orang yang memfitnah tidak tw sebab apa dirinya di perlakukan kurang baik. memfitnah hendaknya di buang dari alam pikiran kita. maka di katakana memfitnah  lebih kejam dari pembunuhan.
2.3.Susila
Susila berasal dari bahasa Sansakerta, su dan sila. Su; baik dan bagus, sedangkan sila; dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Dengan demikian, susila mengacu pada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan masyarakat hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Demi tegaknya kebenaran dan keadilan di dunia ini manusia yang ber-Susila atau bertingkah laku yang baik sangat diharapkan. Manusia yang susila adalah penyelamat dunia (Tri Buana) dengan segala isinya. Apapun yang dilakukan oleh orang Susila tentu akan tercapai. Sebab, Sang Hyang Widhi Wasa akan selalu menyertainya. Orang-orang di sekitarnya selalu hormat dan menghargainya. Kalau saja di dunia ini tidak ada orang yang Susila maka sudah tentu dunia ini akan hancur dilanda oleh ke-Dursilaan atau kejahatan. Sebab, Susila merupakan alat untuk menjaga Dharma.
Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang.
Pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula. Dengan ungkapan lain adalah satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan

2.4. Hubungan Etika, Moral dan Susila Dengan Ahklak

Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa etika, moral dan susila berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yaitu ketentuan yang berdasarkan petunjuk Weda dan hadits. Dengan kata lain etika, moral dan susila berasa dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
2.4.1.   Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani; ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika dalam arti yang khusus mencakup empat hal sebagai berikut;
  1. a.      Pertama,dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
  2. b.      Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
  3. c.       Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan itu dinilai baik atau buruk.
Keempat, dilihat dari segi sifatnya etika bersifat relatif yang dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
2.4.2.   MORAL
Moral berasal dari bahasa Latin; mores, yang berarti kebiasaan. Dalam makna istiah adalah suatu yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
2.4.3.      SUSILA
Aspek-aspek inti agama hindu terdiri dari tiga bagian yang di sebut tri kerangka agama hindu yaitu tatwa (filsafat), susila (etika) ,upacara (ritual) . ketiga aspek ini merupakan satu jalinan yang sangat erat hubungannya  satu dengan yang lain saling mengisi . jika diibiratkan seperti sebutir telur  upacara adalah kulit telor  susila adalah sebutir  telor , dan tattwa adalah kuning telur . bagi salah  satu bagian ini tidak ada maka telur tersebut akan rusak.
2.4.4.      AHKLAK
Dalam kehidupan, akhlak memegang peranan yang sangat besar. Akhlak berhubungan erat dengan setiap perbuatan manusia yang diukur dengan wahyu apakah suatu perbuatan dapat dikatakan baik atau buruk. Dalam akhlak ada nilai dasar apakah perbuatan itu baik atau buruk. Akhlak mengandung pengertian perbuatan yang timbul melalui sebuah ikhtiar dan kesengajaan. Perbuatan itu meski diketahui waktu ia melakukan apa yang ia perbuat. Akhlak pada dasarnya menjelaskan kata antara baik dan buruk. Dalam akhlak juga menerangkan tujuan yang hendak dicapai dari perbuatan manusia. Selanjutnya akhlak juga membicarakan tentang jalan ataupun proses yang dilalui oleh manusia untuk mencapai tujuannya.
Dalam kehidupan yang serba modern sekarang tentu banyak kepentingan yang ada dalam anggota masyarakat. Mewujudkan masyarakat yang harmonis memerlukan aturan-aturan yang bersifat universal yang dapat dipertanggungjawabkan secara Ilahi dan kemanusiaan. Dengan kata lain, aturan tersebut haruslah sesuai dengan tuntutan zaman yang ada dan sesuai dengan akidah agama. Di sinilah letak urgensi pendidikan akhlak yaitu dalam merumuskan pendidikan agar selalu berada dalam jalur yang benar dan selalu dalam orientasi yang lebih baik. Selanjutnya dalam masa yang serba modern ini maka urgensi pendidikan akhlak yang terpenting adalah bagaimana mewujudkan masyarakat yang madani.
Masyarakat modern tentunya mempunyai tantangan yang lebih kompleks, untuk itulah pendidikan akhlak sangat penting dan diharapkan dapat menjadi sarana pembentukan kepribadian manusia. Dengan demikian urgensi pertama dan utama pendidikan akhlak adalah membentuk pribadi yang berakhlak. Pembentukan pribadi yang berakhlak tidaklah terlepas dari tujuan pendidikan Islam. Pendidikan Islam itu sendiri bertujuan membentuk insan kamil yang tentunya sifat dan sikapnya selalu mencerminkan pribadi muslim. Pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mencakup aspek jasmaniah dan ruhaniah. Keduanya merupakan target pembentukan pribadi yang berakhlak.
Pengaruh modernisasi dan industrialisasi sebagai dampak dari era globalisasi diharapkan dapat dinetralisasi dengan tetap mempertahankan akhlakul karimah dalam kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat. Pendidikan akhlak dalam era globalisasi sangatlah menentukan. Di saat pendidikan sekarang ini yang semakin sekuler dan materialis sehingga nilai-nilai akhlak dan moralitas bermasyarakat dalam erosi yang sangat besar. Manusia cenderung hanya mengejar tuntutan materi saja dan hal ini membawa manusia pada situasi yang dilematis, manusia telah kehilangan nilai kemanusiaan. Manusia telah menjadi mesin kehidupan yang harganya bisa diukur dengan uang atau benda lainnya. Di sini terlihat urgensi pendidikan akhlak agar manusia tidak kehilangan kemanusiaannya dan selanjutnya terwujud sebuah masyarakat yang madani.
2.5.      TRI GUNA DAN DASA MALA
Ajaran agama Hindu merupakan ajaran yang bersifat komprehensif, dalam arti tidak saja mengurusi/mengajarkan bagaimana memuja Ida Sang Hyang Widhi, tetapi juga berkaitan dengan segala aspek kehidupan manusia. Inti ajaran agama Hindu terdiri dari tiga bagian yang disebut Tri Kerangka agama Hindu. Tri Kerangka agama Hindu tersebut terdiri dari tattwa (filsafat), susila (etika) dan ucapan (ritual). Ketiga aspek ini merupakan satu jalinan yang sangat erat hubungannya dan satu dengan yang lain saling isi-mengisi. Jika diibaratkan seperti sebutir telur, upacara adalah kulit telur, susila adalah putih telur, dan tattwa adalah kuning telur. Bila salah satu bagian ini tidak ada atau rusak maka telur tersebut akan rusak. Begitu juga pengetahuan/tatwa yang tinggi jika tidak diimbangi oleh etika yang memadai maka hidup ini tidak akan harmonis.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, selalu ketergantungan satu dengan yang lainnya. Dalam hidup bersama ini diperlukan adanya suatu peraturan-peraturan untuk mengatur kehidupan ini. Peraturan atau pedoman dalam bertingkah laku yang baik disebut tata susila.
Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta yang teridi dari kata “Su” artinya baik. Dan “Sila” artinya tingkah laku. Jadi susila adalah tingkah laku yang baik. Di dalam kitab Wraspati tattwa, 26 dinyatakan mengenai arti kata sila dalam kalimat : “Sila ngaranya angraksa acara rahayu”. Kata susila mengandung pengertian perbuatan baik atau tingkah laku yang baik.
Agama adalah dasar tata susila yang kokoh dan kekal, ibarat bangunan jika landasan atau pondasinya tidak kokoh maka niscaya bangunan tersebut akan mudah roboh. Jika tata susila sudah dibangun atas dasar agama sebagai landasannya yang kokoh dan kekal, maka tata susila itu akan mendalam dan meresap dalam pribadi seseorang. Ajaran tata susila yang berdasarkan ajaran agama, seperti tertera dalam kitab-kitab Upanisad atau Tattwa, menyatakan suatu dalil yang mengakui tunggalnya Jiwatman (roh) semua makhul dengan Tuhan (Paramatma). Dengan adanya ini maka kita akan merasakan suatu renungan kebijaksanaan yang mendalam, bahwa kita sebenarnya adalah satu dan sama dengan makhluk lainnya.
Sang Hyang Widhi Wasa adalah tunggal dan berada di mana-mana yang menjadi dasar hidup ciptaan-Nya yang terpisah-pisah dan beraneka ragam macamnya. Begitulah Jiwatman dalam semua makhluk terpisah satu dengan yang lainnya dengan bentuk badan yang berbeda-beda, yang pada dasarnya dihidupkan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Berdasarkan tunggalnya Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) dengan Jiwatman, maka berarti pula tunggalnya antara Jiwatman seseorang dengan Jiwatman orang lain.
Jadi prinsip dasar dari susila Hindu adalah adanya satu Atman yang meresapi segalanya. Ia merupakan roh terdalam dari semua makhluk, yang merupakan kesadaran murni. Bila kamu merugikan tetanggamu sebenarnya kamu merugikan dirimu sendiri. Bila kamu merungikan makhluk hidup lainnya, sebenarnya kamu merugikan dirimu sendiri, karena segenap alam tiada lain adalah dirimu sendiri. Inilah ajaran susila Hindu yang merupakan dasar kebenaran methapisik yang mendasari segala kode etik Hindu. Atman atau sang diri adalah satu. Satu kehidupan bergetar dalam semua makhluk.
Dari semua makhluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk hanyalah manusia. Karena di antara makhluk hidup, manusia merupakan makhluk paling istimewa, makhluk yang paling sempurna karena memiliki Tri Pramana (bayu, sabda, idep). Dengan idep manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mampu melebur perbuatan buruk ke dalam perbuatan baik. Menyadari hal tersebut maka janganlah sia-siakan kesempatan lahir sebagai manusia untuk berbuat baik (susila), agar tujuan kita lahir ke dunia bisa tercapai. Dalam kitab Sarasamuscaya, sloka 160 disebutkan sebagai berikut :
“Silam pradhanam puruse tadyaseha pranasyati, na tasya jivitenartho duh silam kinprayojanam, Sila ktikang pradhana ring dadi wwang, hana prawrtti ning dadi wwang dussila, aparan ta prayojananika ring hurip, ring wibha, ring kaprajinan, apan wyartha ika kabeh, yan tan hana silayukti”.




Artinya :
Susila itu adalah yang paling utama, pada titisan sebagai manusia. Jika ada perilaku titisan sebagai manusia itu tidak susila, apakah maksud orang itu dengan hidupnya, dengan kekuasaan, dengan kebijaksanaan, sebab sia-sia itu semuanya jika tidak ada kesusilaan.
Ajaran susila hendaknya terapkan di dalam kehidupan kita di dunia ini, karena di dunia inilah tempat kita berkarma.
Pembenahan diri sendiri merupakan prioritas yang utama, di samping pembenahan diri dalam hubungan dengan orang lain. Kelahiran kita merupakan tangga untuk naik ke sorga. Oleh karena itu, kesempatan ini kita abdikan untuk meningkatkan diri dalam kebijakan agar tidak jatuh ke neraca. Untuk dapat meningkatkan diri, manusia harus mampu meningkatkan sifat-sifat baik dan mulia yang ada pada dirinya.
Tata susila membina watak manusia agar menjadi anggota keluarga yang baik, anggota masyarakat yang baik, anggota/putra bangsa yang berbudi pekerti luhur, berkeperibadian mulia sehingga mencapai kebahagiaan abadi. Adapun kebahagiaan yang mutlak dan abadi hanya dapat dinikmati bila roh (Jiwatman) seseorang dapat mencapai kesatuan dengan Ida Sang Hyang Widhi, karena hanya dengan kesatuan antara Jiwatman dengan Ida Sang Hyang Widhi itu saja yang dapat memberi kebahagiaan yang diliputi oleh perasaan tenang dan tentram yang dilukiskan dengan istilah anandha, suka tanpa wali duka.
Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecenderungan, yaitu kecenderungan berbuat baik dan kecenderungan berbuat buruk. Sri Kresna di dalam kitab Bhagawadgita membagi kecenderungan budhi manusia menjadi dua bagian, yaitu :
  1. Daiwi Sampad, yaitu sifat-sifat kedewaan.
  2. Asuri Sampad, yaitu sifat-sifat keraksasaan.
Daiwi Sampad bermaksud menuntun perasaan manusia ke arah keselarasan antara sesama manusia. Sifat-sifat ini perlu dibina, seperti diungkapkan di dalam kitab Bhagawadgita, XVI.1, 3 dan 5 yang berbunyi sebagai berikut :
“Abhayam sattwassamocuddhir jnanayogawyasvathitih danamdamaca yadnas ca swadhyayas tapa arjawam”.



Artinya :
Tidak mengenal takut, berjiwa murni, giat untuk mencapai kebijaksanaan dan yoga, berderma, menguasai indria, berkorban, mempelajari ajaran-ajaran kitab suci, taat berpantang dan jujur.
“Tejahksama dhrtih saucam adhro na ‘timanita Bhawanti sampadam daiwin abhijatasya bharata”.
Artinya :
Kuat, suka memaafkan, ketawakalan, kesucian, tidak membenci, bebas rasa kesombongan, ini tertolong pada orang yang lahir dengan sifat-sifat dewata, oh Arjuna.
“Daiwi Sampad wimoksaya nibandaya suri mata ma sucah sampadan daiwim abhijato si pandawa.
Artinya :
Kelahiran yang bersifat Ketuhanan dikatan memimpin ke arah moksa dan yang bersifat setan ke arah Ikatan. Jangan bersedh hati, oh pandawa (Arjuna), engkau dilahirkan dengan sifat-sifat dewata.
Kemudian mengenal sifat-sifat Asuri Sampad (sifat-sifat yang buruk) yang harus kita hindari dijelaskan dalam kitab Bhagawadgita, XVI.4, 17 dan 21 yang berbunyi sebagai berikut :
“Tambho darpo bhimanas krodah parusyam eva ca Ajnanam cabhijatasya partha sampadan asur.
(Bhawadgita, XVI.4)
Artinya :
Berpura-pura, angkuh, membanggakan diri, marah, kasar, bodoh, semuanya ini adalah tergolong yang dilahirkan dengan sifat-sifat raksasa (Asuri Sampad),oh Arjuna.
“Atma sambhawatah stabdha dhana mana madanwitah Jayabnte namayajnais te dambhena widhipurvakam.”
(Bhawadgita, XVI.17)
Artinya :
Menganggap dirinya yang terpenting, keras kepala, penuh dengan kesombongan, gila akan kekayaan, bersifat pura-pura, semuanya ini adalah bertentangan dengan ajaran kitab suci.
“Trivihdam narakasyedam dvaram nasanam atmanah Kamah krodhas tatha lobhas tasmad etat trayam trajett.”
(Bhawadgita, XVI.21)
Artinya :
Ada tiga gerbang pintu neraka yang meruntuhkan Atma, yaitu nafsu, sifat pemarah dan loba. Oleh karena itu, orang harus menghindari ketiganya itu.
Oleh karena itu, setiap perbuatan baik dan tidak baik yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, berarti juga berbuat baik atau tidak baik kepada dirinya sendiri. Maka dari itu timbul suatu ajaran yang disebut Tat Twam Asi. Tat Twam Asi berarti itu adalah engkau (Tuan), semua makhluk itu adalah Engkau, Engkaulah awal mula roh (Jiwatman) dan Sat (Prakerti) semua makhluk. Hamba ini adalah makhluk yang berasal dari-Mu, oleh karena itu Jiwatmanku dan Prakertiku tunggal dengan Jiwatman dan Prakerti semua makhluk. Oleh karena itu aku adalah Engkau, aku adalah Brahman “Aham Brahma Asmi”. Demikianlah terscantum di dalam kitab Brhadaranyaka Upanisad. Ajaran susila merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan kita sebagai manusia agar terwujud hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lainnya. Ajaran susila ini hendaknya diusahakan oleh setiap manusia.
Demikian harus kita sadari, betapa pentingnya ajaran tata susila itu kita terapkan. Tata susila pada dasarnya bertujuan untuk membina hubungan yang selaras / rukun antara seseorang (Jiwatman) dengan mahluk lainnya, antara masyarakat dengan masyarakat, antara satu bangsa dengan bangsa lainnya dan antara manusia dengan alam sekitarnya.
Timbullah sifat-sifat Daiwi sampad dan Asuri sampad pada diri manusia disebabkan oleh beberapa faktor, bisa faktor intern, bisa dari faktor extern dan bisa juga dari kedua faktor tersebut. Berkaitan dengan keharmonisan hidup agama Hindu mengarahkan  kita untuk selalu menumbuh kembangkan sifat-sifat Daiwi Sampad.
2.5.1.      TRI GUNA
  1. A.     Pengertian tri guna
Triguna terdiri dari 2 kata yakni“Tri” yang artinya tiga (3)“Guna” yang artinya sifat Jadi, Triguna artinya : tiga sifat yang mempengaruhi kehidupan manusia. Antara sifat yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dan membentuk watak seseorang. Apalagi diantara ketiga sifat-sifat tersebut terjalin dengan harmonis, maka seseorang akan dapat mengendalikan pikirannya dengan baik. Akan tetapi, hubungan antara ketiga sifat itu akan terus bergerak bagaikan roda kereta yang sedang berputar silih berganti, saling ingin menguasai sifat yang lain, selama manusia hidup.
  1. B.      BAGIAN- BAGIAN TRIGUNA

  • Sifat Sattwa atau Sattwam
Sifat sattwa atau sattwam yakni sifat tenang, suci, bijaksana, cerdas, terang, tentram, waspada, disiplin, ringan dan sifat-sifat baik lainnya.
  • Sifat Rajah atau Rajas
Sifat rajah atau rajas yakni sifat lincah, gesit, goncang, tergesa-gesa bimbang, dinamis, irihati, congkak, kasar, bengis, panas hati, cepat tersinggung, angkuh dan bernafsu.
  • Sifat Tamah atau Tamas
Sifat tamah atau tamas yakni sifat paling tidak sadar, bodoh, gelap, sifat pengantuk, gugup, malas, kumal dan kadang-kadang suka berbohong.
  1. Pengaruh Triguna pada Kehidupan Pribadi Seseorang
  • Orang yang dikuasai oleh sifat sattwam biasanya berwatak tenang, waspada, dan berhati yang damai serta welas asih. Kalau mengambil keputusan akan ditimbang terlebih dahulu secara matang, kemudian barulah dilaksanakannya. Segala pikiran, perkataan, dan perilakunya mencerminkan kebijaksanaan dan kebajikan. Seperti tindakan Sang Yudistira dan Sang Krishna dalam cerita Mahabharata, dan tindakan Sang Rama dan Wibhisana dalam cerita Ramayana.
  • Orang yang dikuasai oleh sifat rajah biasanya selalu gelisah, keinginannya bergerak cepat, mudah marah dan keras hati. Orangnya suka pamer, senang terhadap yang memujinya dan benci terhadap yang merendahkannya. Yang baik pada sifat rajah itu adalah sifat giat bekerja dan disiplin.
  • Orang yang dikuasai sifat tamah biasanya berpikir, berkata, dan berbuat sangat lamban. Kadang-kadang enggan, malas, suka tidur, rakus, dan dungu. Besar birahinya, keras keinginannya, serta suka tidur campur dengan anak dan istrinya.
2.5.2.      DASA MALA

Dalam Kitab Bhagawadgita telah disebutkan bahwa pada dasarnya kecederungan budhi manusia ada dua jenis yaitu Daiwa Sampad dan Asuri Sampad. Asuri sampad adalah kecenderungan-kecenderungan untuk berbuat tidak baik (Asubha  Karma). Banyal perilaku yang tidak baik yang perlu kita hindari, dan bahkan dalam ajaran agama Hindu perbuatan-perbuatan yang tidak baik digolongkan Adharma dan merupakan musuh dalam diri manusia. Ada beberapa kelompok musuh di dalam diri manusia yaiti : Tri Mala, Sad Ripu, Sad Atatayi, Sapta Timira dan Dasa Mala. Dasa Mala adalah sepuluh macam sifat-sifat yang kotor/tidak baik, yang perlu kita hindari karena tergolong Asubha Karma.
Dasa Mala merupakan sumber dari kedursilaan, yaitu bentuk perbuatan yang bertentangan dengan susila, yang cenderung kepada kejahatan. Semua perbuatan yang bertentangan dengan susila hendaknya kita hindari dalam hidup ini agar terhindar dari penderitaan. Adapun pembagian dari Dasa Mala tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Tandri artinya yang malas, suka makan dan tidur saja, tidak tulus, hanya ingin melakukan kejahatan sikap malas adalah sikap yang dibenci oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena sikap ini merupakan pintu penghalang untuk mencapai tujuan hidup. Misi kita hidup ke dunia ini adalah melakukan kerja. Jika ada orang yang lahir ke dunia ini tidak mau melakukan pekerjaan (malas) mala sia-sialah dia hidup, ia tidak akan bisa mencapai Kesempurnaan hidup.  Hilangkan sifat bermalas-malas karena tidak ada tujuan yang dapat dicnapai dengan hanya berdiam diri, bahkan sifat malas akan makin menjauhkan Atma dengan Paramatma. Oleh karena itu hilangkanlah sifat malas itu lakukanlah tugas dan kewajiban sehingga kita bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
  1. Kleda artinya berputus asa, suka menunda dan tidak mau memahami maskud orang lain. Sifat putus asa, suka menunda-nunda suatu pekerjaan tergolong sikap yang didominasi oleh sifat-sifat tamas. Orang yang dalam kehidupannaya lebih banyak dikuasai oleh sifat-sifat tamas akan menyebabkan Atma jatuh ke alam neraka. Apabila sifat tamas ini lebih unggul dari sattwam dari rajas, maka Atma akan menjelma menjadi binatang dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena kleda ini merupakan penghapang untuk maju/untuk mencapai Kesempurnaan hidup, maka kita harus mengendalikannya. Jangan  cepat terputus asa dalam melakukan pekerjaan, jangan suka menunda-nuda waktu untuk melakukan tugas dna kewajiban karena hidup kita hanya sebentar.
  1. Leja artinya berpikiran gelap, bernafsu besar dan gembira melakukan kejahatan. Pikrian paling menentukan kualitas perilaku manusia dalam kehidupan di dunia ini. Pikirkanlah yang mengatur gerak sepuluh indria sehingga disebut Raja Indria. Kalai Raja Indria tidak baik maka indria tidak baik maka indria yang lain pun menjadi tidak baik pula. Oleh karena itu marilah jaga kesucian pikiran kita jangan sampai ternoda dan menjadi gelap. Pikiran gelap, pikiran yang dikuasai oleh gejolak hawa nafsu sangat merugikan diri kita maupun orang lmain. Upayakan untuk menjaga pikiran agar tidak gelap/tidak dikuasai oleh hawa nafsu. Ada tiga cara untuk menjaga kesucian pikiran yaitu :
    1. Si tan engin adengkya ri drbyaning len, artinya tidak menginginkan milik orang lain.
    2. Si tan krodha ring sarwa sattwa, artinya tidak membenci semua mahluk.
    3. Si mamituha ring haning karmaphala, artinya orang yang amat yakin pada kebenaran hukum karmaphala.
  1. 1.      Kitula artinya menyakiti orang lain, pemabuk dan peniru
Menyakiti dan membunuh mahluk lain, lebih-lebih manusia merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama. Kutila juga berarti pemabuk. Orang yang suka mabuk maka pikirannya akan menjadi gelap. Pikiran yang gelap akan membuat orang tersebut melakukan hal-hal yang bersifat negatif termasuk menyakiti orang lain, menipu dan sebagainua. Di dalam pergaulan ini akan membawa pahala buruk baik pada kehidupan sekarang maupun pada kehidupan yang akan datang. Oleh sebab itu marilah kita ubah himsa karma menjadi ahimsa karma. Ahimsa (tanpa kekerasan) berarti menghilangkan yang menyebabkan mahluk lain menderita, agar kehidupan kita menjadi tenang, tentram dan bahagia.
  1. Kubaka artinya pemarah, suka mencari-cari kesalahan orang lain, berkata sembarangan dan keras kepala. Bila kita emosi atau marah, kita mengeluarkan cairan adrenalin dalam darah kita. Ini memiliki pengaruh penurunan kekebalan pada badan kita sehingga kita akan menjadi sakot. Sebaliknya bila kita dipenuhi dengan kasih sayang dan kedamaian dalam pikiran, maka kita akan mengeluarkan cairan endorfin yang dapat menambah sistem kekebala tubuh sehingga dapat mencegah penyakit. Kita harus mengatasi kemarahan dan kebencian yang ada dalam diri kita dengan mengendalikan emosi sehingga kedamaian hidup dapat tercapai.
  1. Metraya adalah suka berkata menyakiti hati, sombong, irihati dan suka menggoda istri orang lain. Perkataan yang diucapkan dengan maksud jahat akan dapat menyakiti orang lain bahkan bisa menyebabkan kematian baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri (Wasita nimittanta pati kepangguh). Oleh sebab itu martilah kendalikan kata-kata kita agar terdengar manis dan mengejutkan, lemah-lembut, ospan, sehingga dapat menyenangkan orang lain dan diri sendiri (Wasita nimittanta manemu laksmi. Ada empat macam pengendalian kata-kata yaitu :
  2. Tidak suka mencaci maki
  3. Tidak berkata kasar pada orang lain
  4. Tidak memfitnah
  5. Tidak ingkar janji (tidak berbohong)
  1. Megara artinya berbuat jahat, berkata manis tetapi pamrih
Perbuatan jahat tergolong asubha karma dan perbuatan ini akan merupakan penghalang untuk mencapai tujuan rohani.
Ada tiga macam  pengendalian perbuatan agar tercapai tujuan keharmonisan, yaitu :
  1. Tidak menyiksa/membunuh mahluk lain
  2. Tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda orang lain (tidak mencari)
  3. Tidak berzina
  4. Ragastri artinya bernafsu dan suka memperkosa
Ragasti merupakan sifat-sifat yang bertentangan dengan ajaran agama. Sifat-sifat seperti itu sifat-sifat asuri sempat/sifat-sifat keraksasaan. Memperkosa kehormatan orang lain adalah perbuatan terkutuk dan hina. Sifat-sifat suka memperkosa harus dihindari untuk menjaga agar tidak terjadi kemerosotan moral. Jika ragastri dibiarkan maka akan menambah banyak terjadi perbuatan tuna susila. Untuk melenyapkan sifat-sifat itu kita hendaknya berusaha untuk mengendalikan dan menghindarinya, serta mengisi diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan bisa menuntut jiwa bersatu dengan Ida snag Hyang Widhi Wasa.
  1. Bhaksa Bhuana artinya suka menyakiti orang lain, penipu, dan hidup berpoya-poya.
Berpoya-poya berarti mempergunakan harta melebihi batas normal. Hal ini tidak baik dan melanggar dharma, yang dapat berakibat tidak baik pula. Sering kita lihat di masyarakat , bahwa kekayaan yang berlimpah jika penggunaannya tidak didasari oleh dharma pada akhirnya justru menyebabkan orang akan masuk neraka, seperti mabuk, mencari wanita penghibur dan sebagainya, selain menuntun budi pekerti kita berpla hidup sederhana akan bisa juga meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan baik lahir maupun batin.
  1. Kimharu artinya penipu dan pencuri terhadap siapa saja tidak pandang bulu, pendengki dan irihari. Sifat dengki dari iri hati merupakan salah satu sifat yang kurang baik (Asubha Karma). Sifat Ini patut dihilangkan dari diri seseorang itu. Bahkan saking kuatnya sifat dengki dan iri hati bercokol pada diri seseorang, diperlukan upaya yang kuat pula untuk mengalahkannaya. Karena itu dia katakana sebagai salah satu musuh dalam diri manusia out. Ingat Sadi Ripu (musuh yang enam jumlahnya dalam diri manusia itu, yang patut dikalahkan yaitu, Kama, Loba Krodha, Mada, moha dan Matsarya). Matsarya adakah sifat dengki dan iri hati juga termasuk salah satu sifat kurang simpatik tetapi juga kurang baik. Bisa juga tidak etis. Sifat dengki dan iri hati juga termasuk salah satu sifat yang kotor dari sepuluh macam sifat kotor (Dasa Mala) lainnya yang perlu kita kendalikan agar tercapai kesucian diri serta dapat bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Demikianlah sepuluh yang menyebabkan manusia tersesat dan jatuh ke neraka. Sadarilah hal tersebut dan dihindari Dasa Mala itu sehingga tujuan kita untuk mewujudkan meoksartham jagadhita yang ca iti dharma dapat terwujud. Adapun caranya sangat sederhana, yaitu dengan berbuat baik, kurnagi keterikatan terhadap benda-benda duniawai, tumbuhan rasa kasih sayang kepada sesama serta tidak mementingkan diri sendiri.
Di zaman kaliyuga ini kelihatan Dasa Mala tumbuh dengan suburnya di hati manusia. Hal ini bisa kita lihat dalam masyarakat begitu banyaknya kejahatan-kejahatan yang terjadi. Tindak kejahatan terjadi akibat dari sangat kurangnya pengendalian diri, keterikatan terhadap benda-benda  duniawi yang begitu besar sehingga sering tanpa Disadari merugikan orang lain. Orang banyak  mencari popularitas dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai  tujuan, seperti kasus pengeboman di beberapa daerah di Indonesia. Para terdakwa dengan penuh senyum tawa bangga dapat melakukan perbuatan tersebut dan sedikitpun tidak memeprkihatkan rasa penyesalan atas peristiwa yang menelan ratusan korban jiwa. Belum genap setahun tragedy bom bali, terjadi peristiwa yang menggegerkan kota Jakatta dengan terjadi bom di Hotel JW Mariot Jakarta, pada tanggal 5 Agustus 2003. Ini menunjukkan bahwa orang seperti itu sudah diliputi  oleh Dasa Mala terutama Leja (pikiran gelap, bernafsu besar dan gembira melakukan kejahatan).
Di era reformasi ini, orang mulai bebas berbicara, sering berkata sembarangan, saling mencari maki, memfitnah yang dapat menimbulkan akibat yang fatal, seperti rumah dibakar dan terbunuhnya orang lain. Tidak jarang ada pula orang yang berkata manis namun hatinya sepahit empedu. Apa yang dikatakan bohong belaka. Kata manis yang diucapkan  hanyalah sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok. Akibat dari keterikatan diri terhadap benda-benda duniawi, banyak orang mulai menghalalkan segala cara untuk memuaskan diri ,seperti melakukan penipuan, pemerasan, dan perampokan. Hasil kejahatan tersebut tidak jarang dipergunakan untuk berfoya-foya, mabuk-mabukan, membeli narkotik, dan kemudian melakukan pemerkosaan.
Pelanggaran hak asasi manusia sering kali terjadi, orang tidak lagi menghormati orang lain, banyak siswa tidak lagi hormat kepada guru, dan banyak anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya. Pelecehan seksual sering terjadi, bahkan orang tua memperkosa anak kandungnya sendiri. Berita di televise setiap hari menanyangkan orang-orang yang terlibat tindak criminal, seperti perampokan, pemerkosaan, lebih-lebih yang terlibat perdagangan narkotik yang sulit diselesaikan seperti patah satu tumbuh seribu. Pembunuhan terjadi dimana-mana, sepertinya sudah menjadi pemandangan yang biasa. HAM sudah tidak dihargai lagi bahkan sering diinjak-injak. Banyak manusia tidak lagi memikirkan etika, sopan santun, dan tata karma. Di zaman kali yuga ini artha di agung-agungkan, seolah-olah artha menduduki tingkat pertama dan merupakan segala-galanya, seperti disebutkan did alam kitab Nitisastra IV.7 sebagai berikut :
Singih yan tekaning yuganta kali tanhana lewuha sakeng mahadhana, tan walanguna curu pandita widagha pada mangayap ing dhacewara, sakwehning inasya san wiku hilang, kulu ratu pada hna kasyasih, putradewa pita ninda ring bapa si cudra banija, wara wiryapandita”
Artinya :
Sesungguhnya bila zaman kali datang pada akhir yuga hanya kekayaan yang dihargai. Tidak perlu dikatakan lagi, bahwa orang yang saleh, orang yang pandai akan mengabdi kepada orang yang kaya. Semua pelajaran Pendeta yanggaib-gaib dilupakan orang, keluarga-keluarga yang baik dan raja-raja menjadi hina paa. Anak-anak akan menipu dan mengumpat orang tuanya, irang hina akan menjadi saudagar, terdapat kemuliaan dan kepandaian.
2.6.            Pengaruh Tri Guna Terhadap Kepribadian Manusia
Tri Guna ini merupakan tiga sifat yang mempengaruhi kehidupan manusia, sehingga dapat  kita lihat di dunia ini ada bermacam-macam. Kecenderungan sifat manusia. Ada orang yang berpenampilan lemah lembut selalu  ramah, dan menyenangkan bagi yang melihat. Namun ada juga orang yang rajin, kreatif serta energik dalam kehidupannya. Selain hal tersebut di atas tidak jarang juga kita melihat ada orang yang penampilannya awut-awuran, tidak terururs serta pemalas. Semua penampilan tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh dari bagian-bagian Tri Guna yang tidak seimbang.
Beberapa sloka dalam kitab suci yang memabahas tentang pengaruh Tri Guna terhadap kepribadian manusia adalah sebagai berikut :
“Yan satwawika ikang citta, ya hetuning atma pamunggihaken kamoksan, apan ya nirmala, dumeh ya gumawayaken rasaning agama lawan wekas ning guru
(Wrghaspati tattwa, 20)
Artinya :
Apabila sattwa citta itu, Itulah Atma menemukan kamoksaan, atau kelepasan oleh karena itu ia suci, menyebabkan ia melaksanakan ajaran agama dan petuah guru.
Yapwan pada gong nikang sattwa lawan rajah, yeka matangnyan mahyun mugawaya dhama denya, kedadi pwakang dharma denyu kalih, ya ta matangnyun mudih ring swarga, apan ikang sattwa mahyun ing gawe hayu, ikang rajah manglakwaken”
(Wgraspati tatwa, 20)



Artinya :
Apabila sama besarnya anatara sattwam dan rajah, itulah menyebabkan ingin mengamalkan dharma olehnya, berhasilah dharma itu olehnya berdua, itulah menyebabkan  pulang ke sorga, sebab sattwam ingin berbauat baik, si rajah itu yang melaksanakan.
Yan pada gingnta katelum ikang sattwa, rajah, tamah, ya ta matangnyan pangjadma manusia, apaan pada wineh kahyunya”
(Wraspati tatwa, 22)
Artinya :
Apabila sama besarnya ketiga Guna, Sattwan, Rajah, dan Tamah itu, itulah yang menyebabkan penjelmaan manusia karena sama memberikan kehendaknya / keinginannya.
“Yapwan citta si rajah magong, kridha kewala, sakti pwa ting gawe hela, tat a getening Atma tibeng naraka”
(Wrhspati tattwa, 23)
Artinya :
Apabila citta si rajah besar, hanya marah kuat pada perbuatan jahat, itulah yang menyebabkan jatuh ke neraca.
Berdasarkan sloka tersebut di atas maka jelaskah yang menyebabkan adanya perbedaan kelahiranitu adalah Tri Guna (sattwam, rajah, dan tamah) karena lahir dari Tri Guna dan dari karma muncul suka duka.
Demikianlah penjelasan beberapa sloka kita Wrhaspati tattwa, yang pada dasarnya menyatakan bahwa Tri Guna ada pada setiap prnag hanya saja dalam ukuran yang berbeda-beda. Orang yang lebih banyak dipengaruhi oleh guna sattwam, maka ia menjadi orang yang bijaksana, berpikiran terang dan tenang. Sifat kasih sayang, lemah lembut, lurus hati juga merupakan sifat sattwam. Jika guna rajah lebih banyak mempengaruhi seseorang maka orang tersebut menjadi tangkas, keras, rajin dan penuh usaha. Sifat congkak dan iri, bengis merupakan sifat-sifat rajah. Namun bila guna tamaha lebih banyak berpengaruh pada diri seseorang maka orang tersebut menjadi lamba, malas dan bodoh. Sifat-sifat doyan makan, mengumbar hawa nafsu juga termasuk sifat-sifat tamah. Di dunia ini tak seorang pun yang luput dari Tri Guna. Ketiga Guna tersebut merupakan satu kesatyan yang bekerja sama dalam kekuatan yang berbeda-beda. Perpisahan diantara tiga guna itu tidak mungkin terjadi karena dengan demikian tidak akan ada suatu gerak apapun pada manusia. Dan pengaruh Tri Guna tersebut maka sifat-sifat orang itu ada yang digolongkan sifat-sifat yang baik dan ada yang buruk.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Tri Guna pada hakekatnya merupakan bagian dari prakerti/predhana, sebagai asas kebedaan. Bila Purusa bertemu dengan Prakerti maka Tri Guna mulai aktif dan ingin saling menguasai. Apabila kekuatan sattwam menngunguli rajah dan tamah, maka Atma mencapai moksa / kelepasan. Bila sattwam dan rajah sama kuatnya, maka Atma mencapai sorga. Jika kekuatan sattwam, rajah dan Tamah berimbang, maka menjelmalah Atma sebagai manusia. Jika sifat rajah yang lebih unggul dari sattwam, Rajah dan Tamah berimbang, maka menjelmalah Atma sebagai manusia. Jika sifat rajah yang lebih unggul dari Sattwam dan Tamah, menyebabkan Atma jatuh ke alam neraca . Apabila sifat tamah yang lebih unggul dari Sattwam dan rajah , maka Atma menjelma menjadi binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Dari penjelasan tersebut, kita mempunyai pengetahuan bahwa Tri Guna sangat berpengagruh terhadap baik-buruknyakehdiupan manusia. Manusia hendaknya  mampu mengendalikan Tri Guna ini dengan baik, menggunakan sattwam sebagai pengendali, sehingga Tri Guna akan memebirkan manfaat pada diri manusia. Kendalikanlah guna rajah dan tamah ke arah Sattwam, karena bilatamah membesar pada citta kita maka kana menyebabkan Atma mengalami kemerosostan dan menjelma menjadi binatang. Sungguh hal yang kita hindari.
2.7.      PENGERTIAN  DAN BAGIAN-BAGIAN CATUR WARNA , CATUR ASRAMA DAN CATUR PURUSARTHA.
  1. A.                Catur Warna
Kata Catur Warna berasal dari bahasa sanskerta dari akar kata Vr yang berarti pilihan. Catur warna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadinya masing-masing. Sistem kemasyarakatan Agama Hindu “Catur Warna” yang di dalam sejarah perkembangannya mengalami bintik-bintik hitam. Bintik-bintik hitam itu dapat meracuni tata kemasyarakatan Hindu “Catur Warna”, dimana asal-usulnya bukanlah dimaksudkan demikian. Hal ini merupakan persoalan yang mesti dihadapi oleh masyarakat Hindu secara umum sebagai suatu struktur tetap dari masyarakat Hindu. Dalam kehidupan individu “Warna” adalah amat penting karena dapat pula merangsang hidup manusia untuk berbuat baik atau jahat. Prilaku jahat sebagai akibat tidak langsung yang dapat ditimbulkan setiap saat. Warna “Catur Warna” memiliki manfaat sangat strategis dalam upaya meningkatkan professional umat Hindu.
Kata “Catur Warna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata “Catur dan Warna”. Catur berarti empat dan Warna berarti tutup, penutup, warna, bagian luar, jenis, watak, bentuk, kasta. Catur Warna berarti empat pengelompokkan masyarakat dalam tata kemasyarakatan agama Hindu yang ditentukan berdasarkan profesinya. Pemahaman tentang “Catur Warna” dapat dirumuskan berdasarkan sastra drstha.
Yang dimaksud pemahaman “Catur Warna” berdasarkan sastra drstha adalah pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang catur warna menurut rumusan kitab suci, seperti :
“Caturvarnyammaya srstam, gunakarma vibhagasab, tasya kartaram apimam, viddhy akartaram avyayam” (Bhagawan Gita IV.13)
Artinya :
“Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma (sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah aku mengatasi gerak dan perubahan.
Demikianlah kitab suci menyebutkan bahwa konsepsi tentang “Catur warna” diciptakan oleh Sang Hyang Paramakawi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa setiap orang yang lahir ke dunia ini sudah barang tentu memiliki dan membawa keahliannya masing-masing. Oleh karena itu diantara kita hendaknya mau dan mampu belajar untuk mengakui kemampuan dan professional ciptaan beliau secara jujur dan bertanggung jawab. Hindarkanlah diri kita masing-masing untuk mendiskriditkan sesame kita. Mengapa demikian dan yang manakah bagian-bagian dari “Catur Warna” itu?
  1. B.     Bagian-bagian Catur Warna
Untuk dapat menjadi manusia yang baik, manusia hendaknya selalu mengadakan kerjasama yang harmonis dengan sesame mahluk ciptaan-Nya. Manusia itu hendaknya selalu merealisasikan ajaran Tat Twam Asi, Maha Kekal, tanpa awal dan akhir yang sering disebut “Wiyapi-wiyapaka nirwikara”. Wiyapa-wiyapaka berarti meresap, mengatasi, berada disegala tempat (semua mahluk) terutama pada manusia. Kriya (karya) saktinya Tuhan, yang paling utama adalah mencipta, memelihara dan melebur alam semesta ini beserta segala isinya termasuk manusia. Manusia adalah ciptaan Tuhan. Percikan Tuhan yang ada dalam tubuh manusia disebut atman atau jiwatman. Didalam kitab upanisad disebutkan “Brahman atman aikyam” yang artinya Brahman (Tuhan) dengan atman adalah tunggal adanya.
Kitab Candogya Upanisad menyebutkan “Tat Twam Asi”. Kata tak berarti itu atau dia, Twam berarti engkau, dan Asi berari adalah/juga. Jadi Tat Twam Asi berarti dia atau itu adalah engkau juga. Didalam filsafat Hindu, dijelaskan bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesuilaan yang tanpa batas, yang identik dengan “prikemanusiaan” dalam Pancasila. Konsepsi sila prikemanusiaan dalam Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh adalah merupakan realisasi ajaran tattwamasi yang terdapat dalam kitab suci Weda. Dengan demikian dapat dikatakan mengerti dan memahami, serta mengamalkan, melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran Weda. Karena maksud yang terkandung didalam ajaran Tattwamasi ini “ia adalah kamu, saya adalah kamu, dan semua mahkluk adalah sama” sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri. Disini ia dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta dan keihklasan sesuai dengan ajaran agama Hindu.
“Brahmanaksatriyavisam, sudranam ca paramtapa, karmani pravibhaktani, svabhava prabhavair gunaih
(Bhagawad Gita XVIII.41)
Artinya :
“Oh, Arjuna tugas-tugas adalah terbagi menurut sifat dan watak kelahirannya sebagai halnya Brahmana, Ksatria, Vaisya, dan juga Sudra.
Pengelompokkan masyarakat menjadi empat kelas ini sebenarnya bukan saja hanya terdapat pada Hindu saja, tetapi bersifat universal. Klasifikasi tergantung dari tipe alam, bakat kelahiran manusia. Setiap kelompok dari empat kelas ini mempunyai karakter tertentu. Ini tidak selalu ditentukan oleh keturunan, sebagai mana dijelaskan dalam kitab Bhagawad Gita. Teori warna adalah sangat luas dan mendalam. Tiap-tiap individu adalah fokus dari yang maha tinggi. Selama manusia melakukan pekerjaan sesuai dengan alam kelahirannya, itu adalah baik dan benar. Dan bila mereka hanya mengabdikan diri kepada Tuhan, pekerjaannya adalah menjadi alat penyempurna dari jiwanya.
Problem dari kehidupan manusia pada dasarnya adalah menemui kebenaran dari jiwa kita dan lalu hidup menurut kebenaran itu. Ada empat tipe pada garis besarnya kehidupan manusia itu, yakni dengan mengembangkan empat macam kehidupan sosial. Keempat kelas ini tidak ditentukan oleh kelahiran akan tetapi karakteristik psykhologis. Yang manakah bagian-bagian dari catur warna tersebut?
Untuk lebih memudahkan kita memahami tentang keberadaan “Catur Warna” ke empat bagian yang dimaksud adalah :
  1. 1.      Brahmana Warna
  2. 2.      Ksatrya Warna
  3. 3.      Wesya Warna
  4. 4.      Sudra Warna
Masing-masing bagian dari Catur Warna tersebut diatas dapat dijelaskan secara singkat seperti di bawah ini :
  1. Brahmana Warna adalah individu atau golongan masyarakat yang berkecimbung dalam bidang kerohanian. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas itu. Seseorang disebut Brahmana karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kerohanian.
  2. Kesatrya Warna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang memimpin bangsa dan Negara. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas itu. Seseorang disebut kesatrya karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kepemimpinan.
  3. Wesya Warna adalah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang pertanian dan perdagangan. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seseorang disebut wesya karena ia memiliki kelebihan dalam bidang pertanian dan perdagangan.
  4. Sudra Warna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang pelayanan atau membantu. Keberadaan golongan ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia memiliki kemampuan tenaga yang kuat dan mendapatkan kepercayaan untuk menjalankan tugas-tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Seseorang disebut sudra karena ia memiliki kelebihan dalam bidang pelayanan.
Berdasarkan uraian singkat tersebut dapat dinyatakan bahwa yang disebut Catur Warna adalah mengelompokkan masyarakat guna dan bakat. Penggolongan masyarakat ini didasarkan atas fungsional, oleh karena pembagian golongan ini didasarkan atas tugas, kewajiban, dan fungsinya di dalam masyarakat. Penggolongan ini bukan bersifat turun-temurun. Adanya penggolongan ini merupakan suatu kenyataan dan kebutuhan dalam masyarakat.
Sistem warna tidak sama dengankasta, sebab agama Hindu mengutamakan ajaran Tat Twam Asi dalam memupuk pergaulan dan kerjasama dalam masyarakat. Jadi semuanya itu berdasarkan sifat dan sikap saling hormat-menghormati untuk meningkatkan sikap kemanusiaan yang agamis. Siapa saja diantara umat kebanyakan akan dapat menjadi “Brahmana, Kesatrya, Wesya, dan Sudra” bila memiliki kemauan dan kemampuan untuk itu. Tinggi rendahnya kedudukan seseorang di dalam masyarakat tidak ditentukan oleh keturunannya, melainkan oleh kemampuannya untuk menjalankan suatu tugas.
  1. C.    Catur Asrama
Kata Catur Asrama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Catur dan Asrama. Catur yang berarti empat dan kata Asrama  berarti tempat atau lapangan “Kerohanian”. Kata “Asrama” sering juga dikaitkan dengan jenjang kehidupan. Jenjang kehidupan itu berdasarkan atas tatanan rohani, waktu, umur, dan sifat prilaku manusia.
Susunan tatanan itu mendukung atas perkembangan rohani seseorang. Perkembangan rohani berproses mulai dari bayi, muda, dewasa, tua, dan mekar. Kemudian berkembang menjadi rohani yang mantap mengalami ketenangan dan berkeseimbangan. Jadi Catur Asrama berarti empat jenjang kehidupan yang berlandaskan petunjuk kerohanian Hindu.
Adanya empat jenjang kehidupan dalam ajaran agama Hindu dengan jelas bahwa hidup itu di program menjadi empat fase dalam kurun waktu tertentu. Tegasnya dalam satu lintasan hidup diharapkan manusia mempunyai tatanan hidup melalui empat tahap program itu, dengan menunjukkan hasil yang sempurna. Dalam fase pertama, kedua, ketiga dan ke empat rumusan tatanan hidup dipolakan. Sehingga dapat digariskan bahwa pada umumnya orang yang berada dalam fase pertama dan tidak boleh atau kurang tepat menuruti tatanan hidup dalam fase yang kedua, ketiga ataupun ke empat. Demikian seterusnya diantara satu fase hidup dengan kehidupan berikutnya. Bilamana hal itu terjadi dan diikuti secara tekun maka kerahayuan hidup akan tidak sulit tercapai. Bilamana dilanggar tentu yang bersangkutan akan mendapatkan pengalaman sebaliknya. Jadi untuk memudahkan menuju tujuan hidup maka agama Hindu mengajarkan dan mencanangkan empat jenjang tatanan kehidupan ini. Masing-masing jenjang itu, memiliki warna tersendiri dan semua jenjang itu mesti dilewati hingga akhir hayat dikandung badan. Setelah itu diharapkan Atma menjadi bersatu dengan sumbernya yaitu Parama Atma.
  1. D.    Bagian-bagian Catur Asrama
Naskah Jawa Kuno yang diberi nama Agastya Parwa menguraikan tentang bagian-bagian Catur Asrama. Dalam kitab Silakrama itu dijelaskan sebagai berikut :
“Catur Asrama ngaranya Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha, Bhiksuka, Nahan tang Catur Asrama ngaranya”.
(Silakrama hal 8).
Artinya :
Yang bernama Catur Asrama ialah Brahmacari, Grhastha, Wanaprastha, dan Bhiksuka.
Berdasarkan uraian dari Agastya Parwa itu menjadi sangat jelaslah pembagian Catur Asrama itu. Catur asrama ialah empat fase pengasraman berdasarkan petunjuk kerohanian. Dari ke empat pengasramaan itu diharapkan mampu menjadi tatanan hidup umat manusia secara berjenjang. Masing-masing tatanan dalam tiap jenjang menunjukkan proses menuju ketenangan rohani. Sehingga diharapkan tatanan rohani pada jenjang Moksa sebagai akhir pengasramaan dapat dicapai atau dilaksanakan oleh setiap umat. Adapun pembagian dari Catur Asrama itu terdiri dari unsur –unsur sebagai berikut :
  1. Brahmacari Asrama
  2. Grhastha Asrama.
  3. Wanaprastha Asrama.
  4. Bhiksuka “Sanyasin” Asrama.
Masing-masing jenjang dari memiliki kurun waktu tertentu untuk melaksanakannya. Pelaksanaan jenjang perjenjang ini hendaknya dapat dipahami dan dipandang sebagai kewajiban moral dalam hidup dan dan kehidupan ini. Dengan demikian betapapun beratnya permasalahan yang dihadapi dari masing-masing fase kehidupan itu tidak akan pernah dikeluhkan oleh pelakunya. Idialnya memang seperti itu, tidak ada sesuatu “permasalahan” yang patut kita keluhkan. Keluh-kesah yang kita simpan dan menguasai sang pribadi kita tidak akan pernah membantu secara ikhlas untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahan yang ada. Bila kita hanya mampu mengeluh tentu akan menambah beban yang lebih berat lagi. Hindu sebagai agama telah menggariskan kepada umatnya untuk tidak hanya biasa dan kaya mengeluh. Renungkanlah sloka suci berikut ini :
“Niyatam kuru karma tvam, karma jyayo hy akarmanah, sarirayatra pi cha ten a prasidheyed akarmanah
(Bhagawadgita III.8.42).
Artinya :
Lakukan pekerjaan yang diberikan padamu karena melakukan perbuatan itu lebih baik sifatnya daripada tidak melakukan apa-apa, sebagai juga untuk memelihara badanmu tidak akan mungkin jika engkau tidak bekerja.
“Yajnarthat karmamo nyatra, loko yam karma bandhanah, tadartham karma kaunteya, muktasangah samachara
(Bhagawadgita III.9.43).
Artinya :
Kecuali pekerjaan yang dilakukan sebagai dan untuk yadnya dunia ini juga terikat oleh Hukum Karma. Oleh karenanya, O Arjuna, lakukanlah pekerjaanmu sebagai Yadnya, bebaskan dari semua ikatan.
Demikainlah Sri Bhagawan Kresna menjelaskan agar kita melakukan pekerjaan yang telah diwajibkan dengan benar dan tanpa terikat akan hasilnya. Tujuannya tiada lain adalah agar semua karma atau perbuatan yang kita lakukan diubah menjadi yoga, sehingga kegiatan itu dapat membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Bila seseorang melakukan perbuatan dengan kesadaran badan, yaitu bila mereka menyamakan dirinya sebagai manusia yang berbuat, maka perbuatannya itu tidak akan menjadi Karma Yoga. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan perasaan mementingkan dirinya sendiri, dengan rasa keterikatan, yaitu merasa perbuatannya, maka semua perbuatan semacam itu akan mengakibatkan kesedihan. Sehubungan dengan itu, renungkan sloka berikut :
“Na buddhi bhedam janayed, ajananam karmasanginam, joshayet sarva karmani, vidvam yuktah samacharan” (Bhagawadgit III.26.50)
Artinya :
Orang yang pandai seharusnya jangan menggoncangkan pikiran orang yang bodoh yang terikat pada pekerjaanya. Orang yang bijaksana melakukan semua pekerjaan dalam jiwa yoga, harus menyebabkan orang lain juga bekerja.
Bekerjalah “Karma” untuk dapat mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ini sebagai mana dijelaskan dalam ajaran Catur Purusa Artha. Hanya dengan melakukan kewajiban Karma seseorang akan terbebas dari semua masalah yang dihadapinya. Apakah Catur Purusa Artha itu?
  1. E.     Catur Purusa Artha
Di dalam ajaran agama Hindu terdapat suatu prinsip ajaran yang berbunyi “Moksa artham jagadhita yaca iti dharma” yang berarti tujuan umat manusia beragama adalah untuk mencapai “Jagadhita” atau sejaktera dan “Moksa” atau kebahagiaan. Jagadhita adalah tercapainya kesejahteraan jasmani, sedangkan Moksa adalah terwujudnya ketentraman bathin, kehidupan abadi yakni manunggalnya Sang Hyang Atma (roh) dengan Sang Hyang Widhi Wasa. Kitab Sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut :
“Yatnah kamarthamoksanam krtopi hi wipadyate, dharmamaya punararambhah sankalpopi na nisphalah. Ikang kayatnan ri kagawayaning kama, artha, mwang moksa, dadi ika tanpa phala, kunang ikang kayatnan ring dharmasadhana, niyata maphala ika, yadya pin angenangen juga, maphala atika”
(sarasamuscaya, 15).
Artinya :
Supaya diperhatikan dengan diingat-ingat dalam mengusahakan Kama, Artha dan Moksa, sebab tidak ada pahalanya. Adapun yang harus diusahakan dengan jalan dharma, tujuan itu pasti tercapai, walaupun hanya dalam angan-angan saja akhirnya akan berhasil.
Memperhatikan sloka di atas, jelaslah bahwa “Moksa Artha jagadhita ya ca iti dharma” adalah merupakan ajaran tentang tujuan hidup umat manusia. Ajaran tersebut selanjutnya dijabarkan dalam konsepsi “Catur Purusa Artha” atau sering juga disebut dengan istilah “Catur Warga”. Jadi kata “Catur Purusa Artha” atau “Catur Warga” dapat diartikan; Catur berarti empat, Purusa berarti jiwa atau manusia, dan Artha berarti tujuan hidup. Catur Purusa Artha berarti empat tujuan hidup manusia yang utama. Sedangkan Catur Warga, yang terdiri dari kata Catur berarti empat dan Warga berarti jalinan erat atau golongan. Catur Warga berarti empat tujuan hidup umat manusia yang utama yang terjalin erat antara yang satu dengan yang lainnya.
Demikianlah ajaran ini sudah sepatutnya untuk selalu dipedomani dalam pengabdian hidup ini. Bila kita tidak ingin mendapatkan tantangan yang lebih berat lagi, kenapa harus menunggu lebih lama lagi. Tidak ada waktu terlambat untuk belajar memulai membiasakan diri berbuat baik. Bukanlah beliau bersifat maha pemaaf, maha pemurah, maha pelindung dan maha kasih? Pahami, pedomani dan wujudkanlah dalam setiap langkah hidup kita ini dengan bagian-bagian dari ajaran Catur Purusa Artha sebagai satu kesatuan yang utuh. Yang manakah bagian-bagiannya?
  1. F.     Bagian-bagian Catur Purusa Artha
Ajaran Catur Purusa Artha merupakan modal dasar umat Hindu berupaya untuk mewujudkan tujuannya beragama. Tujuan dari pada umat beragama patut dipedomani dengan ajaran “Catur Purusa Artha”. Dengan demikian maka cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan hidup jasmani dan kebahagiaan hidup rohaninya dengan sendirinya akan tercapai. Mencapai kebahagiaan jasmani atau kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat (kebahagiaan yang kekal) hendaknya dijadikan komitmen dalam hidup ini. Tujuan ini disebut dengan “Moksa Artha jagadhita ya ca iti dharma”. Ajaran tentang Catur Purusa Artha adalah merupakan ajaran yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman. Banyak inteprestasi tentang ajaran tersebut akan ditemukan namun hakekat ajarannya akan tetap sama. Apakah yang dimaksud dengan Catur Purusa Artha?
Di dalam Kitab Brahma Purana mengenai Catur Purusa Artha ada disebutkan sebagai berikut :
“Dharmartha kama moksaran sariram-sadhanam” (Brahman Purana 228,45).
Artinya :
Tubuh adalah alat (untuk mendapat) Dharma, Artha, Kama dan Moksa.
Selanjutnya dalam kitab Astha Dasa Parwa pada bagian Udyoga Parwa kita temukan ajaran yang berkaitan dengan hakekat dharma, sebagai berikut :
“Ikang dharma ngaranya, hetuning mara ring swarga ika, kadi gatining perahu, an hetuning banyaga nertasing tasik (Udyoga Parwa).
Artinya :
Yang disebut Dharma, adalah merupakan jalan untuk pergi ke surge, sebagai halnya perahu, sesungguhnya adalah merupakan alat bagi pedagang dalam mengarungi lautan.
Kutipan di atas menjelaskan kepada kita bahwa manusia harus menyadari apa yang menjadi tujuan hidupnya. Apa yang harus dicarinya dengan badan yang dimilikinya. Semuanya itu tak lain adalah sebagai pengalaman dari ajaran dharma sebagai salah satu bagian dari ajaran Catur Purusa Artha. Yang manakah bagian-bagian dari ajaran catur Purusa Artha itu?
Sesuai dengan beberapa penjelasan tersebut diatas yang termasuk bagian-bagian dari Catur Purusa Artha antara lain :
  1. Dharma
  2. Artha.
  3. Kama.
  4. Moksa
Penjelasan lebih lanjut tentang bagian-bagian ajaran catur Purusa Artha, secara singkat dapat diikuti pada uraian hubungan Catur Asrama dengan Catur Purusa Artha sebagaimana terurai berikutnya setelah uraian singkat darihubungan catur Warna dengan Catur Asrama
BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kami rangkum adalah:
  1. Susila berasal dari kata “su” dan “sila”. Su adalah awalan yang berarti amat baik, atau sangat baik, mulia, dan indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku atau kelakuan. Susila adalah tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia.
  2. Beberapa ajaran Agama Hindu yang berhubungan dengan susila adalah . Susila Sad Atatayi, Etika, Triguna dan dasa mala ,Catur Warna , Catur Asrama Dan Catur Purusartha.
  3. Contoh-contoh beberapa perbuatan susila adalah memberikan sedekah, memberi pelajaran dan nasihat-nasihat kepada orang-orang miskin, memberikan pertolongan kepada orang lain, melaksanakan ajaran Tri Kaya Parisudha.
3.2       Saran-saran
Saran yang dapat kami berikan adalah dalam kehidupan sehari-hari kita sangat perlu melaksanakan susila itu, dengan melaksanakan ajaran susila akan dapat memberikan manfaat yang bagus dikehidupan kita. Pahami dan laksanakan ajaran susila tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Genetri Untuk Siswa Sma / Smk Kls X Semester 1
Genetri Untuk Siswa Sma / Smk Kls X Semester 2
Lembar Kerja Siswa Pendidikan Agama Hindu  Sms/Smk Kls Xi Semester 1 Provinsi Bali
Lembar Kerja Siswa Pendidikan Agama Hindu  Sms/Smk Kls X Semester 1 Provinsi Bali
Lembar Kerja Siswa Pendidikan Agama Hindu  Sms/Smk Kls X Semester 2 Provinsi Bali
Lembar Kerja Siswa Pendidikan Agama Hindu  Sms/Smk Kls Xi Semester 2 Provinsi Bali
Lembar Kerja Siswa Pendidikan Agama Hindu  Sms/Smk Kls X Smt 2 Kabupaten Buleleng
Lembar Kerja Siswa Pendidikan Agama Hindu  Sms/Smk Kls X Smt 1 Kabupaten Buleleng
Ayounajuz.Blogspot.Com/2009/06/Susila.Html

Belajaragamahindu.Wordpress.Com/…/Akibat-Tri-Guna-Dan-Dasa-Mala/